Kompetensi Dasar
3.1
Memahami misi Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi alam
semesta, pembawa kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan masyarakat.
Indikator
3.1.1 Mengidentifikasi cara dakwah Nabi Muhammad
SAW di Mekkah
3.1.2 Mengidentifikasi keberhasilan dakwah Nabi
Muhammad SAW di Mekkah
3.1.3 Menjelaskan keteladanan dan perjuangan
Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi masyarakat Mekkah
3.1.4 Mengidentifikasi cara dakwah Nabi Muhammad
SAW di Madinah
3.1.5 Mengidentifikasi keberhasilan dakwah Nabi
Muhammad SAW di Madinah
Materi
A. Permulaan Dakwah Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad diangkat sebagai nabi
dan Rosul pada tanggal 17 Ramadhan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) ketika Usia
beliau genap 40 tahun. Beliau diangkat ketika sedang bertahanus di gua Hira,
sebuah di Jabal Nur yang terletak beberapa
kilometer sebelah utara kota Mekah. Pengangaktanya ditandai dengan turunnya
Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah
Al-‘Alaq, 96: 1-5.
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {1} خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ {2} اقْرَأْ
وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ {3} الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ {4} عَلَّمَ اْلإِنسَانَ
مَالَمْ يَعْلَمْ {5}
Artinya
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589], 5. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Turunnya ayat Al-Qur’an pertama
tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an. Setelah itu, turun wahyu kedua
yaitu Surah Al-Mudassir: 1-7.
يَاأَيُّهَا
الْمُدَّثِّرُ {1} قُمْ فَأَنذِرْ {2} وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ {3} وَثِيَابَكَ
فَطَهِّرْ {4} وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ {5} وَلاَتَمْنُن تَسْتَكْثِرُ {6}
وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ {7}
Artinya : 1. Hai orang yang berkemul (berselimut), 2.
bangunlah, lalu berilah peringatan!, 3. dan Tuhanmu agungkanlah!, 4. dan
pakaianmu bersihkanlah, 5. dan perbuatan dosa tinggalkanlah, 6. dan janganlah
kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. 7. dan
untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Surah Al Mudatsir berisi perintah Allah SWT agar Nabi
Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia. Mulailah
beliau berdakwah secara sembunyi-sembunyi berdasarkan QS. Asy Syuara’ 214:
وَأَنذِرْ
عَشِيرَتَكَ اْلأَقْرَبِينَ {214}
Artinya 214. dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat,
Sejak
itulah, Mulailah Nabi Muhammad berdakwah kepada keluarga dan sahabat-sahabat
terdekatnya. Beliau menjadikan rumah Al Arqam bin Abil Arqam Al Makhzumi
sebagai Pusat kegiatan dakwahnya.
Pada
periode awal, Kerabat Nabi yang menerima dakwahnya antara lain istrinya, Siti
Khadijah, sebagai wanita pertama yang masuk Islam. Lalu sepupunya, Ali
bin Abi Thalib, sebagai orang yang pertama masuk Islam dari Anak. Budaknya,
Zaid bin Haritsah, sebagai orang pertama masuk Islam dari hamba sahaya.
Dan shahabatnya, Abu Bakar Shiddiq, sebagai orang yang pertama masuk
Islam dari laki-laki dewas.
Selain
itu, Ada dua paman nabi Muhammad yang menolak dakwah nabi yaitu Abu Thalib dan
Abu Lahab. Keduanya tidak mau melepaskan
agama nenek moyangnya sampai meninggal dunia. Tapi keduanya memiliki sikap yang
berbeda terhadap dakwah nabi. Abu Thalib membiarkan Nabi Muhammad saw
menyebarkan dakwahnya, bahkan melindunginya dari gangguan dan acamanan
pembesar-pembesar Quraisy. Sedangkan Abu Lahab sangat menentang dakwah nabi,
bahkan mengancam dan berniat membunuh nabi Muhammad. Allah mengabadikan cerita
Abu Lahab di surat Al Lahab.
Selama
3 tahun Nabi Muhammad saw berdakwah secara sembunyi-sembunyi,kemudian turunlah
surat Al Hijr 94 yang memerintahkan berdakwah secara terang-terangan.
فَاصْدَعْ
بِمَاتُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ {94}
Artinya
94. Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.
Nabi
Muhammad saw berdakwah secara terang-terangan ke seluruh lapisan masyarakat,
baik golongan bangsawan maupun budak serta negeri-negeri lain dilakukan pertama
kali di Bukit Shafa. Ketika itu, pamannya, Abu Lahab sangat menentang keras
dakwah Nabi. Peristiwa tersebut diabadikan dengan surat Al Lahab.
Nabi
Muhammad menerima wahyu dari Allah yang turun secara berangsur-angsur. Selama
13 tahun di Mekkah (610-622 M), Nabi Muhammad menerima 4.726 ayat yang meliputi
89 surat. Surat-surat yang diturunkan
selama Nabi Muhammad di Mekkah dinamakan surat Makkiyah.
B. Prioritas Dakwah Nabi Muhammad saw di
Mekkah
Selama
Nabi Muhammad di Mekkah, Prioritas dakwah pada masalah-masalah berikut:
1.
Mengajarkan ketauhidan
Pada Masyarakat Arab Jahiliyyah terdapat
penyembahan berhala, penyembahan bulan dan bintang, penyembahan jin, ruh, dan
arwah nenek moyang, dan ajaran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sementara itu, Islam datang dengan membawa ajaran
tauhid, penyembahan hanya kepada Allah yang Maha Esa, tak beranak dan tak diperanankan. Begitu juga yang berkaitan dengan kebudayaan. Kebudayaan
Arab pra Islam sangat dipengaruhi oleh mitologi dan ajaran-ajaran sesat
lainnya, sedang Islam membawa peradaban atau kebudayaan baru berdasarkan
petunjuk Allah dan Al-Qur’an. Nabi Muhammad saw mendapat tugas
mengajak masyarakat Mekkah untuk menyembah Allah SAW, Tuhan yang Maha Esa.
Ajakan Nabi Muhammad saw bertentangan dengan kondisi masyarakat Mekkah yang
menyembah berhala.
2.
Menegaskan hari kiamat sebagai hari pembalasan
Masyarakat Arab pra Islam tidak percaya kepada
hari kebangkitan, hari pembalasan, sampai ada diantara mereka bertanya-tanya,
mana mungkin tulang berulang yang sudah hancur dapat dibangkitkan dan
dihidupkan kembali. Padahal Islam
mengajarkan dan meperingatkan kepada manusia, bahwa dunia dunia ini hanya
sementara dan tempat yang abadi adalah akhirat.
Nabi
Muhammad memprioritaskan dakwahnya kepada ajakan untuk mempercayai adanya hari
pembalas. Mereka perlu menjaga kehidupannya untuk selalu sesuai dengan aturan
dan tuntutan Allah saw. Setiap kebaikan akan mendapat balasan kebaikan.
Sebaliknya setiap kejahatan akan mendapat balasan yang setimpal.Nabi Muhammad
berusaha menyakinkan para pengikutnya akan janji Allah bagi orang yang beriman.
3. Merubah
prilaku jahiliyah
Kondisi masyarakat Mekkah yang terkenal dengan masa
Jahiliyyah, bukan mereka bodoh dalam intelektual, tapi mereka bodoh dalam
prilaku yang cenderung merusak tantanan sosial, dan tatatan pribadi. Mereka
terbiasa melakukan judi, pembunuhan dan meminum hamar.
Nabi Muhammad secara bertahap merubah prilaku-prilaku mereka
sehingga menjadi makhluk yang baik dan benar. Nabi Muhammad mencontohkan dalam
kehidupannya sehari-hari. Nabi Muhammad sudah terkenal dengan Al Amin sebelum
diangkat menjadi Nabi dan Rosul. Masyarakat Mekkah mengakui akan kebaikan dan
kejujuran Nabi Muhammad saw. Al Quran mengabadikan akhlak Nabi Muhammad dalam
surat Al Qolam ayat 4.
وَإِنَّكَ
لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ {4}
Artinya:
dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.
4. Mengangkat
dan melindungi hak asasi manusia
Didalam kehiduapan masyarakat Arab pra Islam
terdapat tradisi perbudakan. Memperbudak atau menjual
belikan budak seperti berdagang dagangan lainya. Dan perbuatan itu mereka
lakukan tanpa penyesalan seolah tanpa dosa. Sedangkan menurut ajaran Islam
manusia itu sama derajatnya, hanya takwa yang membedakan mereka. Kehadiran
Islam justru untuk mengangkat martabat mereka yang tertindas seperti para
dhuafa dan fakir miskin .Perbedaan inilah pada akhirnya membawa perbenturan
dasyat antara masyarakat Arab kafir dan mukmin di tanah Arab, Mekah. Selain itu, Status wanita dianggap sebagai aib keluarga. Kebiasaan
membunuh dan mengubur anak wanita menjadi alat untuk menghilangkan aib
keluarga. Islam mengangkat derajat wanita dalam posisi yang tinggi dan
terhormat.
C.
Respon
Masyarakat Mekkah terhadap Dakwah Nabi Muhammad saw
Pada
umumnya, orang kafir Quraisy tidak senang menerima kehadiran agama Islam di
tengah-tengah kehidupan mereka. Para tokoh masyarakatnya mulai menyebarkan isu
yang tidak benar mengenai ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw. sehingga banyak
masyarakat yang terpengaruh oleh isu-isu yang menimbulkan fitnah tersebut.
Salah seorang tokoh masyarakat
Quraisy yang selalu menghalangi gerakan dakwah Nabi Muhammad saw. adalah Abu
Lahab. Ia mulai
menghasut masyarakat Arab Quraisy supaya membenci Nabi Muhammad saw. dan Islam.
Bahkan Abu Thalib, paman Nabi yang memelihara dan mengasuhnya sejak kecil juga
dihasut untuk melarang Nabi Muhammad saw. agar tidak menyebarkan ajaran Islam.
Ia mendapat ancaman dan dipaksa untuk memenuhi keinginan masyarakat Quraisy
tersebut.
Pada suatu ketika, Abu Thalib
membujuk Nabi Muhammad saw. agar bersedia menghentikan kegiatan dakwahnya
karena banyak tokoh masyarakat kafir Quraisy yang mengancamnya bila ia tidak
berhasil membujuk Nabi Muhammad saw. untuk menghentikan dakwahnya. Namun
permohonan pamannya itu tidak dikabulkan, bahkan ia berkata tegas: “Wahai
pamanku, demi Allah, sekiranya matahari diletakkan di sebelah kananku, dan
bulan di sebelah kiriku supaya aku berhenti berdakwah, pasti aku tidak akan mau
berhenti berdakwah sampai Allah memberiku kemenangan atau aku binasa dalam
perjuangan.”
Mendengar perkataan dan tekad bulat
Nabi Muhammad saw. untuk terus berjuang, Abu Thalib tidak bisa berbuat banyak
kecuali menyerahkan sepenuhnya kepada Nabi Muhammad saw. Hanya saja
ia berpesan agar waspada dalam menyebarkan dakwah Islam dan berusaha
menghindari ancaman masyarakat Quraisy.
Orang-orang
kafir Quraisy tidak berani berhadapan langsung dengan Nabi Muhammad saw. untuk
memintanya agar meninggalkan kegiatan dakwah karena mereka masih memandang
posisi sosial pamannya, yaitu Abu Thalib. Tetapi mereka berani mengambil
tindakan terhadap keluarga dan para sahabat Nabi.
Melihat
usaha pendekatan Abu Thalib gagal dan agama Islam terus memperoleh pengikut,
Abu Jahal dan Abu Sufyan mendatangi Abu Thalib kembali sambil mengancam. Mereka
berkata: “Hai Abu Thalib, kamu sudah tua, kamu harus mampu menjaga dirimu
jangan membela Muhammad. Kalau hal itu dilakukan terus maka keluarga kita akan
pecah.” Tetapi ancaman itu juga tidak berhasil. Hal itu disebabkan karena tekad
kuat Nabi Muhammad saw. sudah bulat untuk terus melaksanakan dakwah Islam
kepada masyarakat Mekkah meskipun ia harus bertaruh nyawa.
Gagal
melakukan pendekatan melalui jalur kekeluargaan, akhirnya pemimpin masyarakat
Quraisy lainnya menjumpai Abu Thalib untuk membujuknya agar bisa menghentikan
dakwah kemenakannya itu. Kali ini bukan ancaman yang diberikan, melainkan
tawaran. Ia menawarkan seorang pemuda tampan bernama Amrah Ibnu Walid yang
usianya sebaya dengan Nabi Muhammad saw. Lalu mereka berkata: “Hai Abu Thalib, Muhammad
saya tukarkan dengan pemuda ini. Peliharalah orang ini dan serahkan Muhammad
kepada kami untuk kami bunuh.”
Mendengar
ancaman dan tekanan itu, Abu Thalib menjawab dengan suara lantang: “Hai orang
kasar, silakan dan berbuatlah sesukamu. Aku tidak takut!” Kemudian Abu Thalib
mengundang keluarga Bani Hasyim untuk meminta bantuan dan menjaga Muhammad saw.
dari ancaman dan penganiayaan kafir Quraisy.
Setelah
gagal melakukan tekanan kepada Nabi Muhammad saw. dan Abu Thalib, pemimpin
Quraisy mengutus Uthbah Ibnu Rabi’ah untuk membujuk Nabi Muhammad saw. agar
menghentikan dakwahnya. Untuk itu, ia menawarkan beberapa pilihan kepada Nabi
Muhammad saw. Lalu ia berkata: “Hai Muhammad, bila kamu menginginkan harta
kekayaan, saya sanggup menyediakan untukmu. Bila kamu menginginkan pangkat yang
tinggi, saya sanggup mengangkatmu menjadi raja, dan bila kamu menginginkan
wanita cantik, saya sanggup mencarikannya untukmu. Tetapi dengan syarat kamu
mau menghentikan kegiatan dakwahmu.” Mendengar tawaran itu, Nabi Muhammad saw. menolaknya dengan
tegas. Lalu Nabi
Muhammad membaca ayat-ayat al Qur’an. Uthbah tertunduk malu dan hati
kecilnya membenarkan ajaran Nabi Muhammad saw. Kemudian ia kembali ke kaumnya
dan menceritakan apa yang baru saja dialaminya. Kemudian ia menganjurkan kepada
masyarakat Quraisy dan kawan-kawannya untuk menerima ajakan Muhammad saw.
Mereka yang
tidak senang dengan ajakan Nabi Muhammad saw. terus berusaha mengganggu dan
merintangi dakwah Nabi dengan berbagai cara, termasuk penyiksaan dan
pembunuhan. Di antara sahabat Nabi Muhammad saw. yang mendapat siksaan dari
kafir Quraisy adalah Bilal bin Rabah, Yasr, Amr bin Yasir, Sumaiyah (isteri
Yasir), Khabbah bin Aris, Ummu Ubais, Zinnirah, Abu Fukaihah, Al-Nadyah, Amr
bin Furairah, dan Hamamah. Mereka menerima siksaan di luar batas
perikemanusiaan, misalnya dipukul, dicambuk, tidak diberi makan dan minum.
Bilal dijemur di terik matahari dan ditindih batu besar. Isteri Yasir yang
bernama Sumaiyah ditusuk dengan lembing sampai terpanggang.
Siksaan itu
ternyata tidak hanya dialami oleh hamba sahaya dan orang-orang miskin, tetapi
juga dialami oleh Abu Bakar ash-Shiddiq, Zubair bin Awwam. Namun siksaan yang
dialami Abu Bakar ash-Shiddiq tidak berlangsung lama karena ia mendapat
pertolongan dari sukunya yaitu Bani Taymi.
Hambatan,
gangguan, dan ancaman terus berlangsung dilakukan masyarakat kafir Quraisy
terhadap umat Islam hingga akhirnya umat Islam diperintahkan oleh Nabi Muhammad
saw. untuk hijrah ke Habsyi (Etheopia).
Hal penting
yang dapat ditarik dari pelajaran di atas adalah bahwa apapun resiko yang akan
dihadapi masyarakat muslim dalam berjuang menegakkan kebenaran dan penyiaran
nilai-nilai keislaman, harus dihadapi dengan keteguhan jiwa, kesabaran, dan
tawakal. Selain itu juga harus diupayakan cara-cara terbaik dalam menyebarkan
ajaran Islam sehingga tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dapat berhasil
dengan baik. Rasulullah SAW telah
memberikan contoh yang baik. Beliau tetap tabah, sabar, tekun, dan berjiwa
besar dalam menyebarkan ajaran Islam yang diterimanya. Beliau tidak terkecoh
dalam kedudukan, pangkat, harta, dan wanita atau kehormatan duniawi lainnya.
Beberapa faktor yang menyebabkan mereka menolak keras ajaran
Muhammad adalah;
1.
Ketakuan kehilangan Kekuasaan
Kaum kafir Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian
dan kekuasaan. Di masa itu terjadi perebutan kekuasaan antar suku. Dengan
mengikuti ajakan Muhammad mereka menganggap bahwa mereka mengakui kekuasaan
Muhammad. Mereka menganggap bahwa dengan mengikuti ajaran Muhammad maka telah
tunduk kepada Nabi Muhammad dan Bani Hasyim.
2.
Hilangnya Status Sosial
Masyarakat
Quraisy saat itu hidup dalam penggolongan-penggolongan status sosial atau
kasta. Para pembesar Quraisy pada umumnya memiliki status sosial tinggi. Mereka
keberatan jika status sosial mereka disamakan dengan yang lain. Sementara Islam
mengajarkan kepada manusia untuk saling menghargai satu sama lain sebab derajat
manusia adalah sama, yang membedakannya di sisi Allah hanyalah tingkat
ketaqwaannya saja.
3.
Hilangnya perdagangan patung
Orang
kafir quraisy adalah masyarakat penyembah berhala. Membuat berhala merupakan
mata pencaharian masyarakat ketika itu. Mereka membuat berhala Latta, Uzza,
Manat dan Hubbal kemudian dijual kepada orang-orang yang mengunjungi kakbah
yang nantinya dijadikan sesembahan. Sementara itu Islam mengajarkan bahwa
manusia hanya menyembah Allah semata dan tidak boleh menyembah selain Allah.
Jika mereka mengikutiajaran Islam maka mereka khawatir kalau mata
pencahariannya sebagai pembuat patung tersebut akan hilang.
D. Tantangan dan Rintangan Dakwah
Ketika
Rasulullah mulai melancarkan kegiatan dakwahnya secara terang-terangan di
tengah-tengah tempat kafir Quraisy berkumpul, dan mengajak mereka untuk masuk
Islam, bahkan beliau melakukan shalat di sisi Ka'bah. Orang-orang kafir yang
tidak suka dengan ajaran Islam semakin membenci ajaran yang dibawa Nabi
Muhammad SAW. Lalu, kaum kafir Quraisy menghambat dan menghalangi dakwah
Rasulullah melalui berbagai cara diantaranya:
1.
Penghinaan,
Ancaman dan Siksaan terhadap Rasulullah SAW
Rasulullah dihina sebagai orang gila,
tukang sihir, anak celaka dan lain-lain dengan sebutan penghinaan. Suatu saat
Rasul pernah dilempari kotoran domba, rumah beliau juga dilempari sampah dan
kotoran. Untuk mencelakakan beliau, pernah diletakkan duri yang tajam di depan
rumahnya, juga tindakan-tindakan lain yang sangat menyakitkan.
2.
Penghinaan,
Ancaman dan Siksaan terhadap Pengikut Rasulullah SAW
Misalnya penghinaan dan penyiksaan yang
ditimpakan kepada Bilal oleh majikannya. Ia dijemur di tengah terik matahari
sambil dilempari batu. Tidak puas, majikannya pun mencambuknya dan menimpakan
batu yang besar di tubuh bilal. Bilal kemudian diselamatkan oleh Abu Bakar
dengan cara dibelinya dari majikannya dengan harga yang sangat tinggi. Contoh
lain penyiksaan keji yang dilakukan kafir Quraisy adalah siksaan yang
ditimpakan kepada Ayah dan ibu Ammar bin Yasir, mereka dibunuh dan bahkan
ditusuk jantungnya oleh Abu Jahal. Sahabat lainnya yang mendapatkan perlakuan
sama adalah Zamirah yang matanya dicungkil hingga buta. Kekejian mereka juga
menyebabkan Hibab terbelah tubuhnya karena ditarik oleh dua ekor unta yang
berlawanan arah.
3. Bujukan Harta, Kedudukan dan Wanita
Langkah ini dilakukan oleh kafir Quraiys
dengan mengutus Utbah bin Rabi'ah untuk membujuk Rasulullah SAW dengan harta
dengan janji berapapun Nabi meminta maka akan diberikan. Bahkan mereka
membujuknya untuk menjadikan Nabi sebagai raja dan diiming-imingi wanita-wanita
yang tercantik di seluruh Arab asalkan Rasulullah menghentikan kegiatannya
menyebarkan agama Islam. Namun semuanya ditolak oleh Rasulullah.
4. Membujuk Nabi untuk Bertukar Sesembahan
Kafir Quraiys menawarkan kepada Nabi untuk
saling bertukar sesembahan. Dimana mereka meminta Nabi untuk menyembah tuhan
Latta dan Uzza dalam beberapa hari, untuk kemudian mereka bersedia menyembah
Allah. Namun usaha ini ditolak Nabi melalui firman Allah dalam QS. Al-Kafirun
ayat 1-3.
5. Membujuk dan Memprovokasi Abu Thalib
Tindakan langsung terhadap Nabi selalu
menghadapi kegagalan, maka kafir Quraisy mulai beralih untuk mempengaruhi dan
membujuk paman Nabi (Abu Thalib) agar memerintahkan Nabi berhentik berdakwah.
Mereka memprovokasi dengan memberikan ganti Rasulullah dengan seorang pemuda
yang gagah dan ganteng, dengan syarat Abu Thalib tidak menghalangi mereka
membunuh Nabi. Namun usaha mereka ditolak mentah-mentah oleh Abu Thalib.
Provokasi lainya adalah membujuk Abu Thalib dengan pernyataan bahwa Nabi telah
membawa ajaran yang bertentangan dengan ajaran para pendahulu dan nenek moyang
bangsa Arab. Taktik ini juga gagal. Bahkan Nabi mengatakan: "Senadainya
matahari di letakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, aku tidak
akan berhenti menyampaikan dakwah sehingga berhasil atau aku mati
karenanya".
6. Menghasut
Masyarakat Mekkah
Upaya lain yang dilakukan kafir Quraisy
untuk merintangi dakwah Nabi adalah dengan memempengaruhi masyarakat Quraisy
untuk tidak mendengarkan dakwah atau bacaan-bacaan al-Qur'an, karena disebutkan
oleh mereka sebagai jampi-jampi yang membuat mereka tertenung. Selain itu,
mereka juga mengancam untuk tidak segan-segan membuat mereka sengsara atau
bahkan dibunuh jika mengikuti ajaran Nabi
7. Pengasingan dan Pemboikotan Bani Hasyim dan
Bani Muthallib
Upaya ini merupakan upaya yang sangat
menyengsarakan kaum Muslimin. Kafir Quraisy melarang siapapun untuk
berinteraksi dengan Bani Hasim dan Bani Mutahllib, melakukan transaksi jual
beli, menikahi atau dinikahi, menengok yang sakit atau menolong mereka. Pemboikotan
ini dituliskan dalam selembar pengemumuman yang ditempelkan di pintu gerbang
masuk Ka'bah, sehingga semua orang tahu dengan ancaman berat bagi mereka yang
melanggarnya.
8. Mempengaruhi Pimpinan Negara-negara Tetangga
untuk Menolak Kehadiran Islam/Orang Islam.
Ini dilakukan misalnya ketika sebagian
sahabat Nabi hijrah ke Habsy. Kafir Quraisy datang menghadap raja mereka yang
beragama Nashrani dan menjelaskan tentang ajaran Islam dengan tidak benar.
Namun, ketika dikonfrontir dengan umat Islam yang dijurubicarai Ja'far,
akhirnya mereka kalah dan raja Habysi memberikan jamainan keamanan kepada umat
Islam untuk hidup tentram di negaranya.
E.
Modal
kesuksesan Nabi Muhammad saw dalam berdakwah di Mekkah
Nabi
Muhammad mengembangkan dakwahnya di Mekkah dengan segala tantangan dan ancaman
dari Masyarakat Quraisy. Tantangan tersebut tidak mengahalangi beliau untuk
menghentikan dakwanya. Perjuangannya terus dilakukan sehingga pengikutinya
terus bertambah. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari karakter yang dimiliki
oleh Nabi muhammad saw. Karakter tersebut
antara lain:
1. Sabar
Nabi
Muhammad memiliki kesabaran dalam
menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik dari keluarga maupun
masyarakat Mekkah. Sikap sabar menjadi modal utama Nabi Muhammad untuk terus
berdakwah dan tidak pernah putus asa.
2. Kegigihan
dan keuletan
Nabi
Muhammad saw memiliki kegigihan dan keuletan dalam menyebarkan Islam, baik kepada keluarga maupun masyarakat
Mekkah. Kegigihan dan keuletan menghadapi segala rintangan yang dihadapi.
3. Berakidah
yang benar dan kuat.
Karakter ini
menjadi modal utama dalam dakwah nabi Muhammad. Beliau menyakini akan janji
Allah swt. Beliau tidak pernah ragu akan janji Allah yang akan melindungi
dakwanya.
4. Akhlak
terpuji dan menjauhi kemunkaran
Nabi
Muhammad saw sudah terkenal dengan :Al Amin” sebelum diangkat jadi Nabi dan
Rosul. Masyarakat Quraisy sudah mengakui kebaikan dan kejujuran Nabi Muhammad
saw. Sehingga ketika Nabi Muhammad saw diangkat jadi Nabi dan Rosul, semua
orang tidak bisa menolak akan kebenaran dakwanya. Tapi karena kesombongan dan
keangkuhan menjadi masyarakak Quraisy menolak dakwahnya.
5. Kesetaraan
Derajat
Nabi
Muhammad menjunjung tinggi persamaan derajat sesama manusia. Tidak ada
perbedaan antara bangsawan dan budak, antara yang kaya dan miskin. Perbedaanya
pada keimanannya. Karakter ini membuat semua orang merasa nyaman dan diakui
secara sama.
F. Langkah-langkah Dakwah Nabi Muhammad di
Madinah
Nabi
Muhammad SAW tiba
di kota
Madinah tahun 622 M.
Kehadiran
nabi Muhammad dan Umat Islam di kota Madinah menandai zaman baru bagi
perjalanan dakwah Islam. Umat Islam di kota Madinah tidak lagi banyak mendapat
gangguan dari masyarakat kafir Quraisy, karena mereka mendapat perlindungan
dari penduduk Madinah yang muslim.
Dengan diterimanya Nabi Muhammad dan
umat Islam oleh masyarakat Madinah, maka Nabi saw memberikan gelar kepada umat
Islam Madinah dengan sebutan Kaum Anshar, yaitu kelompok masyarakat yang
menjadi penolong, sementara umat Islam yang datang dari Makkah diberi nama Kaum
Muhajirin.
Hijrah Nabi Muhammad saw merupakan
cara membangun masyarakat baru sesuai ajaran Islam. selain perintah dari Allah
SWT, hijrah nabi saw ke Madinah karena masyarakat Madinah (Yasrib), kabilah Aus
dan Khajraj mengharapkan kedatangannya sesuai baiat mereka di Aqabah I dan
Aqabah II.
Setelah datang ke Madinah, Nabi
Muhammad menentukan prioritas utama dalam rangka membangun masyarakat baru.
Adapun prioritasnya adalah:
1.
Membangun
masjid
Proritas
pertama yang dilakukan Nabi Muhammad setibanya di Madinah adalah membangun
Masjid. Masjid dibangun di atas tanah milik kedua anak yatim, yaitu Sahl dan
Suhail. Tanah
tersebut dibeli oleh Nabi untuk pembangunan masjid dan untuk tempat tinggal.
Masjid
memiliki multifungsi antara sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat. Setiap
muslm semestinya selalu terikat dengan masjid. Keberadaan masjid diharapkan keimanan dan ketaqwaan setiap
muslim akan senantiasa terjaga dan terpelihara. Selain itu fungsi masjid
sebagai pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran keagamaan, tempat pengadilan
berbagai perkara yang muncul di masyarakat, musyawarah dan lain sebagainya.
Lebih
dari itu, Bangunan masjid bukan saja sebagai tonggak berdirinya masyarakat
Islam, tetapi juga awal pembangunan kota.
2. Mempersaudarakan kaum muslimin
Langkah konkrit yang dilakukan Nabi
Muhammad saw adalah mempersaudarakan kaum muslimin yang berasal dari Mekah
(kaum muhajirin) dengan kaum muslimin Madinah (kaum Anshar). Dengan
persaudaran tersebut, Nabi SAW telah menciptakan suatu persaudaraan baru yaitu
persaudaraan berdasarkan iman atau agama yang menggantikan persaudaraan yang
berdasarkan darah. Nabi Muhammad mengajak kaum muslimin supaya masing-masing
bersaudara atas dasar iman yang merupakan hal yang asasi untuk membentuk umat yang
kuat. Dengan persaudaraan tersebut, umat akan bersatu dan tidak akan mudah
tercerai-berai. Dan jika umat ini bersatu, niscaya umat ini akan menjadi lebih
kuat.
3.
Perjanjian
dengan masyarakat Yahudi Madinah
Langkah selanjutnya yang dilakukan
Nabi Muhammad adalah bermusyawarah dengan para sahabat baik muhajirin maupun
anshar. Musyawarah itu untuk merumuskan pokok-pokok pemikiran yang akan
dijadikan undang-undang. Rancangan ini memuat aturan yang berkenaan dengan
orang-orang Muhajirin, Anshar dan masyarakat Yahudi yang bersedia hidup
berdampingan secara damai dengan umat Islam. Undang-undang tersebut dikenal
dengan Piagam Madinah ( Mitsaq Al-Madinah).
Piagam tersebut merupakan sebuah
bukti bagaimana Islam mengayomi semua umat manusia, termasuk non muslim, karena
Islam memang rahmatan lil ‘alamin. Dan piagam tersebut membuat posisi Nabi saw
semakin tinggi dan dihormati disemua lapisan masyarakat. Jika ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan lewat
musyawarah, maka diserahkan kepada keadilan dan kebijaksanaan Nabi. Kondisi
tersebut menunjukan beliau menjadi pemimpin tertinggi di Madinah dan berhak
membuat peraturan, baik untuk kepentingan sosial maupun kepentingan Negara.
Beberapa
suku dari Kaum Yahudi menerima dengan baik piagam tersebut, tetapi ada beberapa
yang lainnya menolak. Di antara suku Yahudi yang menolak adalah berasal dari
Bani Nazhir, Quraizah, dan Qainuqa, bahkan ketiga suku ini bersekutu dengan
kaum kafir Quraisy Mekkah untuk mengahncurkan kekuasaan nabi Muhammad SAW di
Madinah.
Pada akhirnya, persekutuan mereka dengan Kafir Quraisy menyebabkan mereka
terusir dari kota Madinah. Sehingga tidak ada lagi masyarakat Yahudi tinggal di
Madinah.
G. Metode dakwah Nabi Muhammad saw dalam
membangun Perekonomian Madinah
Para pengikut Nabi Muhammad saw
melakukan hijrah dengan resiko nyawa dan harta. Mereka meninggalkan Makkah
secara sembunyi-sembunyi dan meninggalkan harta bedanya di Makkah. Akibatnya
Mereka datang ke Madinah tidak membawa harta benda. Oleh karena, Nabi Muhammad
membangun perekonomian masyarakat Madinah dengan cara sebagai berikut:
1.
Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan
Anshar. Persaudaran berlandaskan Iman bukan persaudaraan berlandaskan darah.
Sehingga Kaum Anshar dapat menjamin dan membantu saudaranya kaum muhajirin
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.
Menempatkan orang-orang fakir-miskin
yang tidak punya tempat-tinggal di Masjid. Mereka dikenal dengan Ahlu Shuffah,
yaitu orang-orang miskin atau sedang menuntut ilmu dan tinggal di laman masjid.
3.
Bekerjasama dengan kaum Anshar
menciptakan lapangan pekerjaan bagi kaum Muhajirin. Kaum Muhajirin tidak mau
menjadi beban bagi kaum Anshar sehingga adanya lapangan kerja memberikan mereka
untuk memperoleh nafkah dengan hasil keringat sendiri.
4.
Nabi saw menganjurkan bagi kaum
Muhajirin yang mempunyai pengalaman dagang dan modal sebagai pedagang. Ajuran
ini sesuai dengan profesi kaum Muhajirin ketika mereka tinggal di Makkah.
5.
Bagi kaum Muhajirin yang tidak
mempunyai modal, Nabi Muhammad mengajurkan mereka bekerja sebagai petani.
Karena madinah dikenal dengan tanah subur dan memiliki hasil pertanian yang
bagus, terutama buah kurma dengan berbagai jenisnya.
6.
Setelah menerima perintah zakat,
pembinaan perekonomian umat Islam lebih mendapat perhatian. Nabi Muhammad saw
mengefektifkan zakat dan memperkuat jalinan antara pemberi zakat dan penerima
zakat.
H. Faktor Pendukung Kesuksesan Dakwah Nabi
Muhammad di Madinah
Faktor pendukung kesuksesan Nabi
Muhammad di Madinah, dapat tergambar dalam khutbah pertama yang diucapkannya di
Madinah, sambil bersandar pada batang
pohon kurma yang dijadikan penopang atap masjid, ia berkata: "Barangsiapa yang dapat
melindungi mukanya dari api neraka sekalipun hanya dengan sebutir kurma,
lakukanlah itu. Kalau itupun tidak ada, maka dengan kata-kata yang baik. Sebab
dengan itu, kebaikan itu mendapat balasan sepuluh kali lipat." Dan dalam
khutbahnya yang kedua dikatakannya: "Beribadahlah kamu sekalian kepada
Allah dan janganlah mempersekutukanNya dengan apapun. Benar-benar takutlah kamu
kepadaNya. Hendaklah kamu jujur terhadap Allah tentang apa yang kamu katakan
baik itu; dan dengan ruh Allah hendaklah kamu sekalian saling cinta-mencintai.
Allah sangat murka kepada orang yang melanggar janjinya sendiri."
Kata-kata nabi saw memberikan suatu
ajaran agar memelihara diri dari api neraka walaupun dengan sebutir kurma atau
perkataan yang baik. Sebutir kurma dan perkataan yang baik menjadi salah satu
modal memelihara persaudaraan, dilengkapi anjuran untuk saling mencintai.
Semuanya itu dilandasi oleh keimanan kepada Allah swt.
Bukan hanya kata-kata untuk menjalin
persaudaraan, tapi Nabi Muhammad sebagai utusan Allah swt menunjukan keteladanan dalam berbuat. Nabi
saw tidak ingin menampakkan diri dengan gaya orang berkuasa, atau sebagai raja
atau pemegang kekuasaan duniawi. Kepada sahabat-sahabatnya ia berkata:
"Jangan aku dipuja, seperti orang-orang Nasrani memuja anak Mariam. Aku
adalah hamba Allah. Sebut saja sebagai hamba Allah dan RasulNya."
Masyarakat
Madinah menyambut baik kedatangan Nabi dan umat Islam di Madinah, terutama
kabilah Aus dan Khazraj. Kedua suku tersebut sejak awal telah menyatakan
kesetiaannya kepada Nabi dan bersedia membantu beliau dalam menyebarkan ajaran
Islam kepada masyarakat Madinah.
Sejak saat itu, Nabi Muhammad saw
terus berusaha menyebarkan ajaran Islam kepada semua penduduk di kota tersebut,
termasuk kepada masyarkat Yahudi, Nasrani dan penyembah berhala. Dakwah beliau
mendapat sambutan yang beragam, ada yang menerima dan kemudian masuk Islam dan
ada pula yang menolak secara diam-diam, misalnya, orang-orang Yahudi yang sejak
awal memang sudah kurang peduli dengan kedatangan nabi dan umat Islam karena
mereka menduga posisi mereka akan bergeser. Penolakan ini mereka lakukan secara
diam-diam karena mereka tidak berani berterus terang untuk menentang Nabi dan
umat Islam yang mayoritas tersebut.
Walaupun awalnya
orang Yahudi menerima
kedatangan Nabi Muhammad saw karena alasan keamanan dan politik. Namun sekutu
mereka, yaitu Aus dan Khazraj telah memeluk Islam, sehingga kedua suku tersebut tidak lagi
membutuhkan bantuan masyarakat Yahudi. Maka muncul
benih-benih permusuhan antara umat Islam dengan Yahudi di Madinah. Mereka mulai
membujuk kedua suku tersebut yang telah masuk Islam untuk kembali ke agama lama
mereka dan bersatu menyerang Islam dan mencegah penyebaran Islam ke masyarakat lain.
Masyarakat Yahudi terus merongrong
kekuatan Umat Islam sehingga mereka bekerja sama dengan Kafir Quraisy dalam
rangka menghacurkan Islam. Kerjasama kedua pihak tersebut menimbulkan berbagai
peperangan yang berakibat pengusiran masyarakat yahudi dari Makkah.
Perkembangan Islam yang sangat pesat
membuat kafir Quraisy semakin marah dan berusaha menghancurkan umat Islam di
Madinah. Permusuhan kafir Quraisy terhadap Umat Islam mengakibatkan beberapa
peristiwa penting dalam sejarah Islam antara lain: Perang Badar, Perang Uhud,
Perang Khandak, Perjanjian Hudaibiyah, penaklukan kota Mekkah (Fathu Mekkah),
dan Haji Wada’.
Komentar
Posting Komentar